Senin, 09 Maret 2009

Pemimpin Yang Berjuang Sendiri




Pemimpin Yang Berjuang Sendiri

Mungkin kedengarannya terlalu hiperbola yah? Tapi, itu mungkin bisa ku katakan saat itu. Yah, pastinya ada yang membantu saya saat itu. Sebelumnya saya mau say thankz buat guru-guru yang pernah membimbingku, teman-teman dan kakak dan adik-adik tercinta yang pernah membantuku biar sedikit sampai banyak.

Lets Check This Out! (Kayak DJ MTV aja, he..3x)

Suatu masa, saya sempat dipilih menjadi Pemimpin Redaksi (PemRed) Periode 2007/2008. Sebuah organisasi Jurnalistik di SMA saya. Awalnya saya tak menyangka mendapat amanah dari senior saya sebelumnya. “Mengapa, mereka memilih saya? Saya adalah perempuan yang kata banyak orang, perempuan lebih mementingkan perasaan daripada logika!” Terbesit di hati.

Selang beberapa lama saya menjadi PemRed, boleh dikatakan anggotaku sendiri yang tak mau mendengar amanah dari saya. Yah, hanya beberapa sajalah yang masih mau menorehkan tinta-tintanya buat Organisasi yang sangat aku sayangi. Kala itu, keadaan organisasiku makin kritis malah saat aku menjadi PemRed disana. Kritis yang saya maksud adalah kurangnya Solidaritas dan Kerja Tim dengan teman-teman mereka di organisasi ini. Tapi aku tak putus asa. Program Kerja yang aku rancang sebelumnya masih bisa direalisasikan. Dengan mencoba mengerahkan semua kemampuan yang ada bersama teman-teman seperjuangan saya. Saya pun berinisiatif, agar buletin yang kami bakal tampilkan lebih berwarna daripada angkatan sebelumnya. Ini semua aku lakukan untuk menutupi kekurangan organisasiku saat itu. Memang banyak yang puji awalnya, tapi dibalik itu semua banyak juga kritikan yang kami dapat. Salah satunya Senior kami 2 tahun lalu. Cukup pedis dan hatiku seakan teriris saat aku baca sebuah Announcement di Group organisasiku ini dalam Friendster. Tapi, itu semua memang benar adanya. Aku setiap hari sudah mengupayakan bagaimana cara memperbaiki kinerja anggota saya. Tapi, hasilnya hanya itu-itu saja. Tetapi saat itu, adakah berfikir bagaimana buletin tersebut bisa jadi dengan kinerja anggota yang hampir mendekati nol???? Saat itu saya tidak hanya butuhkan kritikan dari para senior terdahulu, kritikan pembuatan mading dan buletin (walau sebenarnya saya buat lebih baik), marah-marah ketika diklat dan yang klimaksnya saat LPJ. Kemana kalian saat saya sendiri??? Kalian baru datang hanya untuk mengkritik dan marah-marah. Dengan alasan untuk melatih mental? Iya, bagi yang “jarang” membantu saya. Tapi apa? Saya, saya dan saya lah yang paling meraskan itu semua. Saat itu saya butuh semangat Yah! Semangat, tapi...sudahlah. Hal itu pun kini telah berlalu. Dan kini mereka yang tertua bagiku banyak yang menganggap angkatanku buruk tanpa menilai ketika dia di posisi sama denganku. Tapi, bagi saya dan pembina saya terdahulu, kami mampu saat itu menunjukkan yang terbaik.

Suatu ketika saya pernah mengalami stress memikirkan organisasi dibawah pimpinanku ini, sikap Orang Tua yang kurang mendukung kegiatan-kegiatanku selama ini, sikapku yang mulai berubah akibat itu semua. Saat itu aku menjadi orang dengan pemikir negative. Dan saat itu, saya diberi sebuah buku oleh sahabat saya tentang motivasi karya Andrie Wongso. Ada pesan yang saya kutip “Bila semua prestasi dan perolehan tidak ingin kita lepaskan, terimalah konsekuensinya. Jangan anggap beban tetapi anggaplah tanggung jawab. Maka, seberat apa pun beban itu, kita tidak akan begitu merasakannya lagi. Yah, mungkin yang pernah saya alami adalah sebuah pelajaran berharga. Agar saya bisa lebih dewasa dalam menghadapi segala masalah. Semakin diri kita memiliki banyak usia, prestasi dan tingginya kedudukan sebenarnya semakin banyak juga beban pada diri kita. Tapi, alangkah indahnya kita menjadikan tanggung jawab. Dan Alhamdulillah, setelah aku mulai mengerti akan itu,. Struktur mentalku yang dulu bagai krupuk garing. Kini mulai menguat walau bukan baja. Dan aku berharap aku bisa lebih baik dan dapat menjadi orang sukses tak sekedar sukses.

Kini, setelah saya menjadi mantan pengurus (ALUMNI) organisasi tersebut walau dengan Laporan Pertanggung Jawaban Bersyarat. Adik-adik saya telah dapat banyak dorongan dari alumni, mendapat motivasi bahkan sangatlah berbeda keadaannya ketika kepemimpinan saya (Tidak tahu mereka dimana?) Saya tidak tahu akan bagaimana organisasi itu di tangan adik-adik saya, apa lebih baik atau??? Tapi, sekarang saya telah malas memikirkannya. Mereka sudah banyak yang bantu banyak banget, tidak seperti saya. Sang pemimpin berjuang sendiri di bawah tanah air menikmati derasnya hujan dan teriknya matahari bersama prajuritnya yang telah berkurang karena kemampuan pemimpinnya yang lemah.


Teman-teman, diatas adalah sedikit pengalamanku yang tidak begitu spektakuler bak konser artis ternama. Inilah sedikit kisah hidupku yang sedikit mengubah diriku menjadi lebih makin dewasa dan sangatlah menyenangkan ketika kita bisa lewati. Artkel ini hanya sebagai cerita dan mudah-mudahan dapat di ambil hikmahnya. Apabila ada kata-kata yang tidak menyenangkan tolong di maafin yah. Inikan karya seorang yang berusaha mencari jati diri.


Thanks 2 My Spirit Of My Life

Hidayah


Kedengarannya cukup simpel, tetapi memiliki makna yang mendalam. Mengapa? Karena tidak semua orang mendapatkannya dan bahkan sudah ada yang mendapatkannya, tetapi tidak mudah menjalankanya. Itulah yang pernah saya rasakan ketika Ramadhan 1429 H lalu (2008 Masehi). Keinginan untuk mengubah cara berpakaian saya, sesuai ajaran agama islam. Itulah Jilbab, Hidayahku. Tidak tahu mengapa terjadi perang batin dalam diriku. Keinginan memakai pakaian yang tertutup itu selalu menyapaku. Menegurku untuk dipakainya. Tiap kali bercermin seolah dia berkata, “Kenakanlah! Maka kamu akan terasa aman”. Di tambah lagi dengan perkataan seorang guru dan kerabat muslimah yang medorongku untuk memakainya. Tibalah di saat hatiku tidak karuan, aku terbangun di malam hari tepat Ramadhan yang sebentar lagi meninggalkan kita.
Menolong kepada Maha Pencipta agar menuntun aku memilih jalan yang terbaik. Tiba di saat hatiku sudah memaksa dan menggeliat tentang hal itu, tak satu pun lagi yang bisa menghalangi. Bahkan, seorang telah melahirkan aku kaget mendengarnya. Dan Alhamdulillah, aku pun bisa, bisa menjadi wanita yang Insya Allah wanita Islam.

Prinsip positif


Pada era yang serba tak menentu saat ini, diperlukan suatu keku

Pada era yang serba tak menentu saat ini, diperlukan suatu kekuatan pribadi yang diharapkan megembangalan kemampuan untuk bertahan dan dapat membantu Anda keluar dari kesulitan yang dihadapi. Salah satunya adalah mengeksplor kemampuan diri kita yang telah di titipkan Tuhan untuk dimanfaatkan. Menurut Buku The Positif Principle Today karya Norman V.Peale, bahwa cara mengeluarkan kekuatan yang terpendam di dalam diri kita yaitu :


  1. Motivasi kita adalah sebagai makanan. Harus digunakan setiap hari dalam jumlah yang sehat untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

  2. Masih ada tenaga lebih di dalam diri Anda, yang terpendam dan belum pernah dimanfaatkan. Salurkanlah tenaga tersebut!

  3. Kehidupan ini berisi tantangan dan penuh dengan faktor “kalau” yang tidak menentu.

  4. Yakinlah dan terimalah kenyataan bahawa di dalam diri Anda ada kekuatan istimewa.

  5. Praktikkanlah keyakinan Anda dengan jalan percaya sungguh-sungguh akan terjadinya mukjizat yang serba dimungkinkan oleh daya cipta.

  6. Bayangkan diri Anda pada kedudukan yang anda idamkan. Pusatkan pikiran dan bertindaklah sesuai dengan tujuan sasaran itu.

  7. Yakinlah bahwa mujizat perubahan senantiasa bisa terjadi sekarang juga.

  8. Sesuaikan diri Anda dengan prinsip berfikir positif secara mutlak, kuasailah keterampilan bagaimana memelihara prinsip positif itu agar Anda bisa bertahan diri.


Mungkin ini artikel katanya buat orang yang sudah dewasa terutama sudah bekerja. Tapi, artikel ini untuk semua orang yang mau hidup mengeluarkan kemampuannya agar bermanfaat. Dan selama ini, bila saya sedang down. Artikel ini sangat bermanfaat menumbuhkan semangatku.


Diera document

cuap-cuap


ShoutMix chat widget

Followers

 

Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez